News  

KFW dan KLHK Targetkan Aceh Tenggara dan Gayo Lues Jadi Pilot Projects Pemulihan Ekosistem Kawasan Konservasi TNGL

Indotrend.Id, Kutacane l Pemerintah Jerman melalui salah satu bank-nya KFW bersama pemerintah Republik Indonesia melakukan kerjasama menjalankan program konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan iklim di kawasan ekosistem dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di provinsi Aceh.

Projects itu dijalankan dari dana hibah negara Jerman atau bank KFW dengan Indonesia dan sudah tertuang dalam surat keputusan nomor SK.01/SET/HLN/2015, tanggal 24 Juni 2015, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia sebagai instansi pelaksana atau executing agencies.

Deputy Technical Advisor (GFA Consulting Services GmbH) M Khairul Rizal saat rapat koordinasi, Kamis (28/7/2022) mengatakan, program pemulihan ekosistem kawasan konservasi dilaksanakan di lima kabupaten/kota yakni Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam lalu Aceh Tenggara dan Gayo Lues

Program Biodiversity Conservation and Climate Protection in The Gunung Leuser Ecosystem (BCCPGLE) merupakan project yang didanai dari mekanisme dana hibah dari salah satu bank negara Jerman atau KFW bersama pemerintah Indonesia.

Program sudah dimulai sejak 25 November 2014 hingga 31 Desember 2022, namun untuk tingkat kabupaten/kota baru dimulai sejak September 2015.

Kemudian pada 2021 hingga 2022 pelaksanaan kegiatan diprioritaskan atau difokuskan khusus di Aceh Tenggara serta Gayo Lues,”kata Khairul.

Dijelaskannya, menindaklanjuti adanya informasi dan pemberitaan yang berkembang beberapa waktu terakhir di media sosial ikhwal pelaksanaan program BCCPGLE yang mulai berjalan di Aceh Tenggara dan Gayo Lues.

Menyikapi hal itu, kata dia, pihak KLHK termasuk BBTNGL bersama GFA consulting services GmbH serta sejumlah stakeholder terkait di Kecamatan Darul Hasanah dan Ketambe, langsung menggelar rapat koordinasi dan silaturahmi bersama jajaran pemerintah di tingkat desa dan Kecamatan Darul Hasanah serta Ketambe, berlangsung di aula Kantor Camat Darul Hasanah, Kamis siang hingga sore (28/7/2022).

Teks Foto: Kegiatan rapat koordinasi terkait program KFW bersama KLHK dan mitra dalam pemulihan ekosistem TNGL.

Lanjut Khairul menjelaskan, saat ini pelaksana project di lapangan sedang melaksanakan kegiatan penyusunan profil desa, sekolah lapang untuk peningkatan SDM para petani tergabung dalam KTHK di desa-desa.

Dimana jadwalnya berlangsung 10 kali pertemuan dalam menyampaikan materi mulai dari pemahaman terhadap pentingnya kawasan hutan hingga cara membudidayakan pertanian yang ramah lingkungan atau pembuatan MOL dan pupuk kompos, pestisida alam serta pupuk cair alami.

Dilanjutkan, pada pengelolaan lahan dan penguatan kelembagaan atau participatory rural appraisal/participatory land use planning (PRA/PLUP) untuk mengkaji potensi desa secara partisipatif, rencana penggunaan lahan, pemetaan kebutuhan serta penentuan jenis bibit di setiap lokasi tanam.

Lalu hal itu kedepannya akan dituangkan dalam dokumen rencana pemulihan ekosistem, penyusunan dan pembentukan kesepakatan konservasi desa (KKD) atau akan dibuat qanun desanya terkait pengelolaan sumber daya alam di desa dengan melibatkan semua lapisan masyarakat setempat,”jelasnya.

Dan yang menjadi prioritas ada 10 desa target pilot projects dalam mendukung program konservasi kawasan ekosistem TNGL tersebut.

Tegasnya, dukungan yang sangat besar dari masyarakat serta pemerintahan desa maupun kecamatan merupakan kunci dalam keberhasilan dari program BCCPGLE di Aceh Tenggara maupun Gayo Lues sebagai pilot projects.

Untuk itu sangat diharapkan ada rasa memiliki dari KTHK serta lapisan masyarakat sekitar dari kehadiran program tersebut.

Demikian juga untuk upaya koordinasi dengan semua pihak akan kami tingkatkan kedepannya.

Hal itu merupakan sebagai bentuk transparansi dalam pelaksanaan projects tersebut. Pasti kita akan berkoordinasi intens dengan semua lintas sektor kedepannya.

Pasalnya tujuan dari projects tersebut sangat mulia untuk kesejahteraan masyarakat dan hutan TNGL pun tetap terjaga,”pungkas Khairul.

Untuk diketahui, berkaitan dengan administrasi pelaporan dalam penggunaan anggaran yang digunakan pada program tersebut, kata Khairul, pihaknya akan membuat pertanggungjawaban keuangan kepada pemberi hibah dan pemerintah Indonesia.

Bahkan anggaran yang digunakan akan ada proses pengauditan yang resmi,”ungkapnya.

“Insya Allah pertemuan dan silaturrahmi akan dilaksanakan rutin dengan harapan lebih terjalin komunikasi dan saling bersinergi bersama semua pihak demi mencari solusi yang terbaik demi kemajuan Aceh Tenggara dan Taman Nasional Gunung Leuser kedepannya,”harapnya.

Sementara Camat Darul Hasanah, Hayadun mengatakan, proyek BCCPGLE merupakan program dari pemerintah yang harus kerap dikoordinasikan dengan semua lapisan masyarakat dari tingkat kabupaten, kecamatan hingga ke desa-desa khususnya yang menerima program tersebut.

Sehingga besar harapan kami, masyarakat atau kelompok tani yang menerima program tersebut, benar-benar merasakan manfaatnya untuk peningkatan kesejahteraan dan hutan pun tetap terjaga.

Sekretaris Bappeda Agara, Sarifuddin selaku pelaksana GTM (Gugus Tugas Multipihak) yang dibentuk BBTNGL, mengungkapkan, program tersebut sudah disosialisasikan sejak Februari tahun 2021 lalu ditingkat kabupaten, bahkan sudah ada beberapa kali pertemuan dari tahap perencanaan kegiatan hingga pelaksanaannya,”kata dia singkat.

Pejabat BBTNGL Aceh Tenggara, Jusmidi menjelaskan, pihak TNGL akan aktif dalam mendukung hingga memberikan bantuan teknis untuk kelancaran pelaksanaan dilapangan.

Karena target dan tujuan dari project tersebut salah satunya merupakan pemulihan ekosistem seluas 2.000 haktare, melalui kemitraan konservasi dalam zona atau blok tradisional pada kawasan konservasi yang tersebar disepuluh desa yang berbatasan langsung dengan hutan serta lahan basah dalam kawasan ekosistem TNGL,”kata Jusmidi.

Dijelaskannya, dalam rangka implementasi kegiatan tersebut, GFA consulting services GmbH ditunjuk sebagai konsultan kegiatan bersama dengan dua unit pelaksana teknis yakni BBTNGL dan BKSDA Aceh sebagai pelaksana.

Dimana strategi yang dilaksanakan berupa pemenuhan target 2.000 hektar melalui mode kemitraan konservasi yang telah ada dan dibina pihak BBTNGL.

“Saat ini ada sekitar 28 kelompok tani hutan konservasi (KTHK) dari 10 desa yang telah terbangun kerjasama kemitraan konservasi dan terlibat dalam program tersebut, bahkan dijadikan sebagai pilot projects,”katanya.

Sedangkan total luas lahan yang telah ada kerjasama dan akan terlaksana kegiatan pemulihan ekosistem seluas 2.595,42 hakter di kawasan Gayo Lues serta Aceh Tenggara.

Lanjutnya, dalam rangka peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat disekitar hutan konservasi, juga ada kegiatan pemulihan ekosistem dimana pelaksanaannya menggunakan mekanisme Kebun Bibit Pemulihan Ekosistem (KBPE).

Dan untuk benih yang digunakan berasal dari dalam dan sekitar kawasan konservasi dengan harapan desa juga akan mendapatkan nilai manfaat secara langsung.

Adapun benih yang ditanami jenis tanaman MPTS kehutanan yakni petai, jengkol, kemiri, durian, manggis, langsat dan alpukat dan pohon lainnya,”jelasnya.

Dalam program ini, pihak KTHK dilibatkan secara penuh terutama dalam menyiapkan beragam jenis bibit pohon MPTS yang memiliki nilai ekonomis dan bertujuan juga sebagai pemulihan ekosistem.

Saat ini, proses tahapan pelaksanaan kegiatan dalam rangka penyiapan bibit untuk selanjutnya dilakukan penanaman dilapangan.

Setelah itu ada proses penyusunan dokumen rencana pemulihan ekosistem yang kini sedang dilakukan secara parallel oleh pihak BBTNGL bersama instansi terkait lainnya,”ujar Jusmidi.

Pertemuanrapat koordinasi tersebut langsung dihadiri Camat Darul Hasanah Hayadun, Camat Ketambe Miftahul, para pejabat muspika kecamatan Darul Hasanah dan Ketambe.

Turut hadir perwakilan pejabat BBTNGL Aceh Tenggara, 17 kelompok tani hutan konservasi (KTHK), 6 kepala desa diwilayah KTHK, petugas BCCPGLE, ketua PWI Agara Sumardi bersama sejumlah wartawan serta pihak lainnya berlangsung di aula Kantor Camat Darul Hasanah, Kamis (28/7/2022).

Teks Foto: Kegiatan rapat koordinasi terkait program KFW bersama KLHK dan mitra dalam pemulihan ekosistem TNGL.